Bismillahirrahmanirrahim, Assalamualaikum Warahmatulllahi Wabarakatuh. Welcome to My Miracle Stories

Friday 1 June 2012

Jenis-Jenis Instrumen Bimbingan Konseling

Aplikasi Instrumentasi adalah upaya pegungkapan melalui pengukuran dengan memakai alat ukur atau instrument tertentu. Hasil aplikasi ditafsirkan, disikapi dan digunakan untuk memberikan perlakuan terhadap klien dalam bentuk  layanan konseling.
Insrtrumentasi merupakan bagian dari kegiatan pendukung dari bimbingan konseling yang mana terdapat di dalamnya instrument tes dan non tes...
1)      Instrumen Tes
Secara umum kegunaan berbagai tes itu ialah membantu konselor dalam :
1.      Memperoleh dasar-dasar pertimbangan berkenaan dengan berbagai masalah pada individu yang di tes, seperti masalah penyesuaian dengan lingkungan, masalah prestasi atau hasil belajar, masalah penempatan dan penyaluran;
  1. Memahami sebab-sebab terjadinya masalah diri individu;
  2. Mengenali individu (misalnya peserta didik) yang memiliki kemampuan yang sangat tinggi dan sangat rendah yang memerlukan bantuan khusus;
  3. Memperoleh gambaran tentang kecakapan, kemampuan, atau keterampilan seseorang individu dalam bidang tertentu.
Persyaratan instrumen  tes yang baik :
Penyusunan tes dilakukan melalui tiga tahap, yaitu perencanaan tes, penulisan tes dan analisis tes. Perencanaan tes dilakukan dengan langkah-langkah :
1. Menetapkan tujuan tes
2. Menetapkan hasil belajar yang akan diukur
3. Mempersiapkan tabel spesifikasi
4. Menetapkan isi materi tes
5. Menetapkan butir tes
6. Menyiapkan norma aturan
7. Mempersiapkan kunci scoring
Berbagai hal yang diperoleh konselor dari hasil tes dipergunakan konselor untuk menetapkan jenis layanan yang perlu diberikan kepada individu yang dimaksudkan.
Setelah diketahui bahwa tes yang hendak digunakan merupakan tes standar maka dalam bimbingan konseling ada beberapa instrument atau alat tes yang dapat di gunakan untuk kepentingan penyelenggaraan program bimbingan dan konseling. jensi-jensi tersebut antara lain adalah :
1.      Tes Kecerdasan
Tes kecerdasan digunakan untuk mengukur kemampuan akademik, kemampuan mental dan kemampuan kecerdasan, yang paling populer dari tes ini adalah digunakan untuk mengukur IQ  atau sering dikenal dengan nama tes kecerdasan Stanford-Binet, sesuai dengan  nama perancang yakni Alfred Binet pada tahun 1900-an.   Selain itu ada pun tes lain yang bisa digunakan yakni skala Wechsler yang dirancang oleh David Wechsler. Skala Wecshler  dirancang berbdasarkan perbedaan usia antara lain Wechsler  Preschool and Primary Scale of Intelligence III (WPPSI-III) dirancang khusus untuk anak-anak usia 2 Tahun 6 Bulan  sampai 7 Tahun 3 Bulan. Wichsler Intelligence Scale for Cildren-Fourt Edition (WISC-IV) dirancang untuk anak-anak  usia 6 Tahu sampai remaja usia 16 tahun dan Wechsler  Adult Intelligence Scale-Third Edition (WAIS-III) dirancang untuk remaja usia 16 tahun hingga manula usia 89 Tahun

2.      Tes Bakat
Tes bakat banyak digunakan oleh para  konselor dan tenaga professional lainnya untuk mengidentifikasi (a) kemampuan potensial yang tidak disadari individu, (b) mendukung pengembangan kemampuan istimewa atau potensial individu tertentu, (c) menyediakan informasi untuk membantu individu membuat keputusan pendidikan dan  karir atau alternative pilihan yang ada (d) membantu memprediksi tingkat sukses akademis atau pekerjaan yang bisa di antisipasi individu dan (e)  berguna bagi mengelompokkan individu dengan  bakat serupa bagi tujuan perkembangan kepribadian dan pendidikan. Tes bakat dapat dilakukan untuk mengungkapkan antara lain bakat Khusus, tes bakat umum, tes bakat unik tes bakat skolastik dan lainnya.
3.      Inventiori Minat
Inventori minat dikembangkan berdasarkan asumsi bahwa pada setiap individu ada perbedaan dalam minat baik secara umum maupun minat pekerjaan tertentu. Karena itu  inventori minat dirancang untuk menilai minat-minat pribadi dan mengaitkan minat-minat tersebut dengan wilya kerja yang lain.
4.      Tes Kepribadian
Anastasi dan Urbina, 1997 berpendapat bahwa tes kepribadian merupakan instrument untuk mengukur karakteristik emosi, motivasi, hubungan antar pribadi dan sikap, sesuatu yang dibedakan dari bakat atau ketrampilan. Tes kepribadaian yang standard an popular digunakan antara lain  Indikator Tipe Kepribadian Myers-Briggs (MBTI), Jadwal Preferensi Pribadi Edwards (EPPS)  dan Inventori Multifase Minesota (MMPI).
5.    Tes Prestasi
Tes prestasi belajar berhubungan dengan tingkat pengetahuan, keterampilan atau pencapaian dalam suatu bidang sehingga dapat digunakan untuk mengidentifikasi prestasi anak-anak, mengelompokkan siswa menurut tingkat pengetahuannya dan memberikan informasi pada orang tua tentang kelemahan dan kelebihan bidang akademik anaknya.

2)        Instrumen Non-Tes
Instrumen non-tes meliputi berbagai prosedur, seperti pengamatan, wawancara, catatan anekdot, angket, sosiometri, inventoriyang dibakukan. Agar diperoleh hasil yang terandalkan, pengamatan dan wawancara dilakukan dengan mempergunakan pedoman pengamatan atau pedoman wawancara. Catatan anekdot merupakan hasil pengamatan, khususnya tentang tingkah laku yang tidak biasa atau khusus yang perlu mendapatkan perhatian tersendiri. Angket dan daftar isian dipergunakan untuk  mengungkapkan berbagai hal, biasanya tentang diri individu, oleh individu sendiri. Sosiometri untuk melihat dan memberikan gambaran tentang pola hubungan sosial di antara individu-individu dalam kelompok. Dengan sosiometri akan dapat dilihat individu-individu yang populer, yang membentuk klik atau kelompok-kelompok tertentu, dan mereka yang terpencil (terisolasi). Sedangkan melalui inventori yang dibakukan akan dapat diungkapkan berbagai hal yang biasanya merupakan pokok pembahasan dalam rangka pelayanan bimbingan dan konseling secara lebih luas, seperti pengungkapan jenis-jenis masalah yang dialami individu, sikap dan kebiasaan belajar peserta didik.
Jenisinstrumen  (non tes):
1.      Wawancara dan instrumennya
  1. Observasi dan instrumennya
  2. Angket / kuesioner
  3. Inventori
  4. Sosiometri
  5. Biografi / autobigrafi
  6. Studi Kasus

1.    Wawancara dan instrumennya
       Wawancara merupakan metode utama yang paling penting dalam konseling.Sedangkan metode-metode yang lain adalah sebagai metode pelengkap, sehuingga betapa pentingnya seorang konselor menguasai teknik-teknik wawancara, dan mempunyai kemampuan untuk melakukan wawancara.
       Berikut ini beberapa teknik dalam mewawancara klien:
Darley mengajukan empat kaidah dalam wawancara konseling sbb:
1. Dalam wawancara seorang konselor tidak memberikan ceramah, artinya konselor terlalu banyak bicara, sehingga telah menyita hampir seluruh waktu pertemuan dengan klien. Hal ini akan menghambat klien berbicara .Klien bersifat pasif , sebagai pendengar. Konseling yang baik , kegiatan berbicara ada pada klien, sehingga konselor akan banyak melakukan kegiatan mendengarkan
Klien akan banyak memberikan keterangan-keterangan kepada konselor , terutama yang berhubungan dengan permasalahan yang dialaminya .Dengan adanya konselor sedikit berbicara akan berarti memberikan kesempatan sebanyak-banyaknya kepada klien untuk mencurahkan isi hatinya.
2. Dalam berbicara konselor menggunakan kata-kata sederhana , berarti kata-kata itu dapat dicerna oleh klien , dapat dipahami dan dimengerti. Dengan demikian terjadi hubungan yang baik dan komunikasi yang lancer.Tidak ada “Gap” antara konselor dank lien.Konselor harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat kemampuan kliennya.
Istilah-istilah sulit jangan terlalu digunakan, dipilih kata-kata yang membina keakraban dan kehangatan, sehingga klien dapat mengungkapkan apa yang ada didalam hatinya , secara tidak ragu-ragu.dari kata-kata yang sederhana menyebabkan klien menaruh rasa simpati terhadap konselor , dan merasa dapat berbicara  secara aman.
3. Dalam wawancara konselor harus merasa yakin bahwa informasinya diperlukan oleh klien, berarti mempunyai keyakinan bahwa dirinya diperlukan dan pertolongannya sangatlah dibutuhkan. Keyakinan itu akan menjadikan konselor mantab dalam memberikan bantuan kepada klien.
Maka konseling yang efektif adalah apabila klien secara suka rela .        rela dating sendiri  pada konselor untuk meminta bantuan.
4.Konselor merasakan sikap klien dalam menyelesaikan masalahnya , hal ini berarti adanya perasaan empati dari konselor-konselor memahamai diri klien, dan klien mengerti bahwa konselornya memahami dirinya.
B. J.O. Crites dalam bukunya “Career Counseling, models, Methods dan Materials mengutarakan 21 teknik untuk wawancara, yaitu :
  1. Dalam membuka wawancara hendaknya dapat menyentuh rasa haru klien. Misalnya dengan jalan memberi salam, menyebut namanya (bila konselor telah mengetahui nama klien) , bertanya sesuatu .Bertanya yang baik dalam pembukaan wawancara adalah : “Apa yang dapat saya Bantu?”, sedang yang kurang baik : “ bantuan apa yang kau minta?”.
  2. Menggugah klien untuk berbicara, konselor berusaha agar klien mau berbicara, sehingga kalau konselor mengadakan pertanyaan , hendaknya pertanyaan tersebut tidak hanya memungkinkan jawaban “ya” atau “tidak “ , tetapi pertanyaan hendaknya membuka kesempatan klien untuk berbicara.Diusahakan banyaknya berbicara pada klien bukan pada konselor.
  3. Mengungkapkan perlakuan atau bantuan konselor sebelumnya .Hal ini penting kecuali untuk mencoba membuka pengalaman klien dalam berhubungan dengan konselor juga untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam menanggapi atau memberikan bantuan kepada klien tersebut.
  4. Hindari berbicara melebihi   klien atau mendahului  pembicaraan klien.Kalau mungkin konselor berbicara sesedikit mungkin , biarkan klien berbicara sebanyak-banyaknya, karena kadang-kadang dengan berbicara banyak , mengeluarkan isi hatinya , klien menjadi lega dan bahkan dapat meringankan bebannya (katarsis) Terlebih lagi jangan seorang konselor memotong pembicaraan pembicaraan klien atau mendahului apa  yang akan diomongkan oleh klien (karena kebetulan sekali konselor sudah mengetahui apa yang akan diomongkan klien)
  5.  Menerima sikap dan perasaan klien, konselor perlu merespon sikap dan perasaan klien, konselor seakan-akan masuk kedunia klien. Misalnya dengan menyambut bicaranya.
  6. Konselor tidak bertanya bertubi-tubi , klien jangan diberondong pertanyaan dan dipaksa menjawab segala pertanyaan. Konselor bukannya sebagai wartawan, yang ingin mengorek informasi untuk kepentingannya.Andaikata Klien harus menjawab pertanyaan konselor ini berarti klien memberikan informasi  tentang dirinya, yang nantinya informasi tersebut akan dijadikan bahan bagi konselor untuk memberikan bantuan kepada klien guna memecahkan masalahnya.
  7. Tidak bingung jika klien bungkam, karena bungkam bukan selalu berarti macet, tetapi mungkin klien sedang berfikir tentang dirinya, sedang menghayati apa yang sedang berlangsung, mungkin sedang merumuskan kata-kata  atau jawaban-jawaban, sedang mendalami masalah-masalahnya. Konselor jangan terlalu cepat menyimpulkan pada klien bahwa bungkam itu tertutup.
  8. Memantulkan perasaan klien, konselor hendaknya mencoba menjadi atau memberi arah klien untuk berfikir-fikir tentang perasaannya.Misalnya :
Klien : “Ibu saya benci kepada saya”.
Konselor : “Sejak kapan?”
Klien : “Tiap hari memperlihatkan kebenciannya”.
Konselor  : “Juga kepada semua?, apa hanya kepada anda?”
9. Terbuka, artinya mengakui ketidaktahuan diri, atau kekurangan diri, tidak usah menutup-nutupi kekurangannya bahkan mau mendengarkan pendapat dan saran orang     lain.Kalau memang masalah yang ditangani kurang dikuasai, secara terus terang menawarkan kepada klien untuk merefer kepada orang lain, atau ahli lain.
10. Membagi waktu wawancara, waktu yang banyak diperuntukkan membicarakan inti konseling, pembukaan wawancara dan penutupannya hanya menggunakan sebagian kecil waktu saja, jangan terbalik.Sehingga wawancara akan efektif  dan dapat mencapai tujuan.
11. Memilih kata-kata yang sesuai dengan tahapan  kemampuan klien, sehingga klien dapat memahami apa yang dikatakan oleh konselor, kalau perlu kata-kata penting diulang.Maka disini konselor sebelumnya harus mengetahui latar belakang kemampuan kliennya..
12. Membatasi usaha pengungkapan informasi dari klien, terlebih lagi mengenai hal-hal yang memalukan klien.Sehingga klien tidak merasa lebih berdosa.Jadi tidak perlu mengungkap klien terlalu mendalam, supaya klien tidak merasa ditelanjangi.Hal ini akan mengganggu rapport (hubungan baik antara konselor dank lien yang diciptakan oleh konselor, terutama sejak pertemuan konseling dimulai)
13. Menentukan rambu-rambu wawancara, agar tidak terpaku pada satu masalah, seharusnya banyak masalah yang terungkap, sehingga data lengkap.Jangan sampai yang dibicarakan hal-hal yang sama saja.Tentu saja pembicaraan jangan terlalu melebar, maka perlu rambu-rambu, jadi seakan-akan konselor membuat garis yang akan dibicarakan.Mula-mula rambu-rambu dibuat secara umum, X misalnya, lalu X itu dipecah-pecah, dibuat point-pointnya, dan waktunya.
14. Hindari sebutan atau cerita tentang diri konselor .Ada konselor yang suka memusatkan pada dirinya, misalnya :”Seandainya saya jadi anda….”.Itu berarti tidak menarik klien menjadi konselor, padahal mestinya konselor masuk kedunia klien, berarti ada empati.Karena kalau demikian mungkin tampaknya berhasil tetapi ada akibat sampingan.
15. Tidak berpura-pura, berarti konselor harus polos, karena klien akan merasa dan mengetahui bila konselor berpura-pura.
16. Tidak terpaku pada topic awal yang diajukan klien, misalnya : “Saya mendapat kesulitan dalam menghadapi adik-adik”.Konselor harus dapat melihat horizon yang lebih luas, misalnya apa latar belakang dia harus mengurus adik-adiknya.Mungkin yang penting bukan masalah adik, tetapi sumber masalah mungkin ada pada dia sendiri. Maka konselor jangan terlalu terpancang apa yang dikatakan atau dikeluhkan klien pada awal wawancara.
17. Hindari pertemuan yang terlalu sering dengan klien, karena hal ini mengakibatkan klien terlalu tergantung pada konselor.Konselor harus dapat membuat klien lama-kelamaan mampu berdiri sendiri dan memecahkan masalahnya sendiri.
18. Batasi lamanya wawancara.Hal ini sangat individual sekali.Ada klien dan konselor yang mampu mengadakan wawancara samapi 2 jam, ada yang tidak.Maka lebih baik sebelumnya diambil persetujuan tentang waktu wawancara ini antara konselor dengan klien, sehingga waktu yang akan digunakan telahj menjadi persetujuan bersama. Karena ada kalanya klien ingin berlama-lama karena sekedar menghindari situasi lain yang tak menyenangkan.
19. Menyusun alternative kegiatan, dengan jalan mencari bentuk jalan keluar yang kira-kira dilakukan oleh klien.Diusahakan konselor hanya membantu mencari alternative –alternatif itu, maka hendaknya klien yang menemukan beberapa alternative itu sendiri, sedang konselor memformulasikan.
20. Mengakhiri wawancara dengan membuat rangkuman (tidak tertulis), dan konselor berusaha agar klien dapat mengambil kesimpulan sendiri.
21. Menutup pertemuan, dengan membuat akhir pertemuan yang mengesankan, dengan terlebih dahulu diadakan pertemuan berikutnya.Dan konselor mengakhiri pembicaraan dengan kesediaannya menerima kembali suatu saat klien membuatuhkan bantuannya.
Ada berbagai tujuan yang dapat dicapai dalam wawancara yaitu :
1. Menciptakan hubungan baik diantara dua pihak yang terlibat ( subyek wawancaradan pewawancara ). Pertemuan itu harus bebas dari segala kecemasan danketakutan sehingga memungkinkan subyek wawancara menyatakan sikap dan perasaan dengan bebas, tanpa mekanisme pertahanan diri yang kadang-kadangmenghambat pernyataannya.
2. Meredakan ketegangan yang terdapat dalam subyek wawancara. Oleh karenasubyek wawancara pada umumnya membawa berbagai ketegangan emosi kedalam pertemuan dalam wawancara itu, maka kedua belah pihak harus berusahameredakan ketegangan di dalam dirinya.
3. Menyediakan informasi yang dibutuhkan. Dalam wawancara kedua belah pihak akan mendapat kesempatan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkannya.
4. Mendorong kearah pemahaman diri pada pihak subyek wawancara. Hampir semua subyek wawancara menginginkan pemahaman diri yang lebih baik, danpada dasarnya memiliki kesanggupan dan bakat yang seringkali tidak dapat berkembangdengan sempurna . Dengan wawancara subyek wawancara akan lebihmemahami dirinya.
5. Mendorong ke arah penyusunan kegiatan yangkonstruktif  pada subyek wawancara
Macam-macam Wawancara.
Ada bermacam-macam jenis wawancara sesuai dengan tujuannya ataupun sifat -sifat yang lain yang ada dalam wawancara, seperti jumlah orang yang diwawancarai danmenurut peranan yang dimainkan.
1. Menurut funsinya di bedakan antara wawancara primer, pelengkapdanPengukur 
a.wawancara Primer , yaitu wawancara yang berfungsi sebagai satu–satunya alat pengumpul data yang lainnya ( observasi dan kuesioner ) 
b.wawancara pelengkap, yaituwawancara yang berfungsi sebagai pelengkap darialat-alat pengumpul data lainnya ( observasi dan kuesioner )
c.wawancara pengukur,yaitu wawancara yang hasilnya di gunakan untuk mengujikebenaran atau kemantapan suatu data/informasi yang di kumpulkan dengan caralain ( observasi dan kuesioner ).
2.Menurut tekhniknya dibedakan antara wawancara bebas, wawancara terkendali, dan wawancara bebas terkendali 
a.wawancara bebas, yaitu wawancara antara 2 orang atau lebih yang seolah-olahmengadakan “obrolan bebas” ( free talk ) tanpa kendali, wawancara bersifat pasif,sebaliknya yang di wawancara bersifat bebas mengemukakan keteranganketerangannya ( yang di wawancara bersifat dominant ). 

b. wawancara terkendali, yaitu wawancara antara 2 orang atau lebih yangterkendali; pewawancara bertindak sebagai pengarah melalui pertanyaan- pertanyaan dan pokok permasalahan. Jadi merupakan kebalikan dari wawancara bebas
c.wawancara bebas – terkendali, wawancara ini merupakan perpaduan antarawawancara bebas dan wawancara terkendali. Dengan perpaduan ini dapat salingmenutupi kelemahan satu sama lain; pewawancara hanya berperan sebagai pengarah dan yang di wawancara tidak dominan dan tidak pasif
3. Menurut tujuannya, wawancara dapat dibedakan menjadi :
a.       The employment interview, yaituinterviewyang ditujukan untuk mendapatkangambaran sampai mana sifat-sifat yang dipunyai oleh seseorang terhadap kreteriayang diminta oleh suatu employment.
b.      Informational interview, yaituinterview yang ditujukan untuk mendapatkaninformasi yang dibutuhkan
c.       Administrative interview , yaitu interview yang dijalankan untuk keperluanadministrasi, misalnya untuk kesejahteraan organisasi, untuk mendapatkan perubahan-perubahan di dalam tindakannya ( change in behavior )
d.      Counseling interview , yaitu interview yang dijalankan untuk keperluan konseling.  Interview ini khas dipergunakan dalam proses konseling.
4. Menurut jumlah orang yang diinterview, wawancara dapat dibedakanmenjadi :
a.       Interview  perorangan ( individu ), yaitu wawancara yang dilakukan secara perseorangan, yang menyangkut masalah-masalah pribadi yang dialami olehsubyek wawancara. Misalnya : wawancara antara seorang klien dengan seorang petugas bimbingan.
b.      Interview kelompok, yaitu wawancara yang dilakukan secara kelompok (lebihdari satu orang), Misalnya : antara petugas bimbingan dengan seluruh siswa


5. Menurut peranan yang dimainkan, wawancara dapat dibedakanmenjadi :
a. The non directive interview , yaitu interview yang kurang terpimpin dan kurangmendasarkan atas pedoman-pedoman tertentu. Biasanya digunakan dalam proseskonseling.
b. The focused interview , yaitu interview yang ditujukan kepada orang-orangtertentu yang mempunyai hubungan dengan obyek-obyek yang diselidiki
6. Berdasarkan sifatnya, wawancara dibedakan menjadi :
a. Wawancara langsung, yaitu wawancara yang dilakukan dengan seseorang untuk memperoleh keterangan mengenai orang tersebut.
 b. Wawancara tidak langsung, yaitu wawancara yang dilakukan dengan seseoranguntuk memperoleh keterangan mengenai orang lain.
c. Wawancara insidentil, yaitu wawancara yang dilakukan sewaktu-waktu biladianggap perlu.
d.Wawancara berencana, yaitu wawancara yang dilakukan secara berencana padawaktu yang telah ditetapkan
Bagian-bagian Wawancara.
Dalam wawancara terdapat bagian-bagian tertentu yang dapat dipandang sebagai bagian-bagian dari wawancara :
1. Permulaan atau Pendahuluan wawancara
Pada bagian ini terutama ditujukan untuk mendapatkan hubungan yang baik ( dalammengadakan kontak pertama ) antarainterviewer denganinterviewdan biasanya diisidengan menyampaikan maksud dan tujuan dari interview itu. Peranan bagian ini penting, karena dengan mengadakan kontak yang pertama ini akanmemberikan gambaran tentang jalannya interview selanjutnya.Kalau telah terjadihubungan yang baik dan timbul perasaan saling mempercayai, maka hal ini telahmerupakan sumbangan yang besar artinya dalam perkembangan interviewselanjutnya.
2.Inti Interview 
Bagian ini merupakan bagian di mana maksud serta tujuan interview harus dapatdicapai .Bila maksud dari interview untuk mengumpulkan data tentang latar belakangsosial, maka pada bagian ini maksud itu harus bisa dicapai.
3. Akhir Interview 
Bagian ini merupakan bagian di mana interview mulai berakhir. Interview dapatditutup dengan mengadakan penyimpulan tentang apa yang telah dibicarakan ( misalnya :dalam konseling interview ). Kadang-kadang interview ditutup dengan menentukanwaktu kapan interview itu akan dilanjutkan lagi, bila masih dibutuhkan mengadakaninterview lagi.
Langkah-langkah Wawancara
Pedoman/petunjuk wawancara secara garis besar, sebagai berikut :
1. Persiapan.
a.       Menentukan tujuan. 
b.      Menetapkan bentuk pertanyaan ( pertanyaan bebas atau terpimpin )
c.       Menetapkan  responden yang diperkirakan sebagai sumber informasi.
d.      Menetapkan jumlah responden yang akan diwawancaraie. Menetapkan jadwal pelaksanaan wawancaraf. Mengadakan hubungan dengan responden.
2. Pelaksanaan
a. Memilih pertanyaan-pertanyaan yang benar-benar terarah dan dibutuhkan dalamrangka mengumpulkan informasi.
b. Mengadakan wawancara
3. Penutup
a. Menyusun laporan wawancara secara sistematis 
b.Mengadakan evaluasi tentang pelaksanaan wawancarag. Mengadakan diskusi tentang hal-hal yang dianggap penting dari pelaksanaanwawancara itu.
  Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Wawancara.
Agar wawancara dapat mencapai hasil yang baik perlu adanya beberapa hal yangharus diperhatikan dalam mengadakan wawancara :
1. Orang yang akan mengadakan wawancara harus mempunyai latar belakangtentang apa yang akan ditanyakan, karena yang akan ditanyakan perludipersiapkan dengan sebaik-baiknya, agar wawancara dapat berlangsung denganlancar, sistematis, dan teratur.
2. Pewawancara harus menjelaskan dengan sebaik-baiknya apa maksud serta tujuandari wawancara tersebut.
3. Dalam wawancara harus dijaga agar selalu ada hubungan yang baik. Hubungan baik ini merupakan sumbangan yang besar di dalam jalannya atau hasilwawancara yangakan dapat dicapai.
4. Pewawancara atau pembimbing harus mempunyai sifat dapat dipercaya. Rahasiadari individu yang diwawancarai atau klien harus dapat disimpan dengan baik,sebab kalau tidak demikian, kemungkinan klien tidak akan mengutarakan sesuatukepada wawancara dengan terbuka.
5. Pertanyaan hendaknya diajukan dengan hati-hati, teliti dan kalimatnya harus jelas
6. Harus dijaga jangan sampai ada hal-hal yang mungkin mengganggu jalannyawawancara. Bila ada hal-hal yang sekiranya dapat mengganggu, sebaiknya hal-haltersebut disingkirkan lebih dahulu.
7. Bahasa yang digunakan oleh pewawancara harus disesuaikan dengan kemampuanyang diwawancarai.
8. Sekalipun pertanyaan-pertanyaan telah dipersiapkan terlebih dahulu supayasistematis, tetapi didalam memberikan pertanyaan-pertanyaan jangan sampaikaku, masing-masing pertanyaan dapat diperluas kepada hal-hal yang berhubungandengan pertanyaan itu.
9. Pewawancara atau pembimbing harus menjaga jangan sampai ada waktu diamyang terlalu lama. Hal yang demikian akan mematikan suasana wawancara.
10. Pewawancara harus mengadakan kontrol di dalam wawancara. Kalau ada hal-halyang bertentangan satu dengan yang lainnya perlu pewawancara mencariketegasan.
11. Pertanyaan-pertanyaan untuk mengadakan kontrol di ajukan setelah wawancarasampai kepada suatu titik tertentu. Jadi jangan sampai memotong pembicarann,karena ini akan mengganggu jalannya wawancara.
12. Lamanya waktu wawancara sebenarnya tergantung, kepada masalahnya. Tetapi pada umumnya wawancara yang terlalu lama akan melelahkan kedua belah pihak.Karenanya waktu wawancara sekitar 30 menit merupakan waktu yang cukup.
13. Di dalam wawancara hendaknya dihindari aku dari pewawancara atau pembimbing. Jangan samapai aku tersebut ditonjol-tonjolkan.
14. Individu yang sukar berbicara tidak boleh dipaksa untukmemberikanketerangan/penjelasan dengan panjang lebar.
15. Tidak terlalu banyak membuat catatan selama wawancara berlangsung. Selaluharus minta ijin pada individu untuk membuat catatan seperlunya.
16. Menghindari pertanyaan yang sugestif  , yang mendorong murid untuk memberikan jawaban yang baik dan hindarkan pertanyaan yang hanya menuntut jawaban yaatau tidak.
Kelebihan dan Keterbatasan Wawancara.
1. Kelebihan Wawancara.
a. Wawancara merupakan teknik yang paling tepat untuk mengungkapkan keadaan pribadi subyek wawancara. 
b. Dapat dilaksanakan terhadap setiap individu dan tingkatan umur.
c. Wawancara selalu digunakan untuk mengumpulkan data pelengkap terhadap datayang dikumpulkan dengan teknik lain.
d. Dapat diselenggarakan serempak dengan observasi.
e. Bahasa dari pewawancara dapat disesuaikan dengan keadaan subyek wawancara.
f. Subyek wawancara berhadapan langsung dengan pewawancara, maka diharapkandapat menimbulkan suasana persaudaraan yang baik, sehingga hal ini akanmempengaruhi hasil wawancara.
g. Isi pertanyaan dan caranya mengajukan pertanyaan dapat disesuaikan dengantingkat perkembangan dan daya tangkap sebyek wawancara. Baik pewawancaramaupun subyek wawancara dapat memberikan penjelasan lebih lanjut bilamana pertanyaan atau jawaban belum jelas.h.Tidak dibatasi oleh kemampuan dan menulis individu, artinya orang tidak dapatmembaca atau menulispun dapat diajak wawancarai.Kerahasiaan pribadi lebih terjamin.
2. Keterbatasan Wawancara.
a. Kalau pewawancara atau subyek wawancara mempunyai suatu prasangka yangsatu kepada yang lain, hasil wawancara tidak akan memuaskan. 
b. Mengadakan wawancara dengan individu satu persatu memerlukan banyak waktudan tenaga dan mungkin juga biaya.
c. Menuntut keahlian, ketrampilan, dan penguasaan bahasa yang baik dari pewawancara
d. Sangat tergantung kepada kesediaan, kemampuan dan keadaan sementara darisubyek wawancara, yang mungkin sangat menghambat ketelitian hasilwawancara.
e. Laju dan materi wawancara sangat dipengaruhi oleh situasi sekitar tempatwawancara. Sekalipun ada segi-segi kelemahan, namun wawancara masih banyak sumbangannya sebagai metode untuk mendapatkan data.Bahkan dalam proseskonseling, wawancara merupakan alat yang sangat pokok.

Sifat-sifat Pertanyaan dalam Wawancara
Pertanyaan-pertanyaan yang digunakan dalam wawancara hendaknya sesuaidengan kebutuhan :
a.       Pertanyaan yang bersifat mendorong pembahasan dan pemahaman. Contoh: Coba,ceritakan lebih lanjut. Bagaimana menurut pendapatmu.
b.       Pertanyaan yang menarik pemahaman. Yaitu pertanyaan yang mengandung katakarena, oleh sebab...., mengandungsebab akibat.
c.        Pertanyaan yang mendorong penerimaan perasaan.Contoh : Apakah anda merasa senang ?
d.      Pertanyaan yang mendorong sikap/tingkah laku tertentu, ( pertanyaan yangmendorong, memperlua pandangan/memberi dorongan tentang sesuatu hal),Contoh : anda jelaskan, bagaimana hal ini bisa terjadi



Kapan sebaiknya Wawancara Diakhiri ?
Suatu wawancara diakhiri dengan memperhatikan beberapa hal :
1. Bila data/keterangan yang diperoleh sudah cukup/sesuai dengan harapan pewawancara.
2. Dengan melihat sikap orang yang diwawancarai.
3. Sebaiknya tidak lebih dari 30 menit
4. Karena wawancara dalam konseling tidak cukup hanya satu kali, maka konselor harus tahu waktu dan konselor harus menjaga agar hubungan baik yang terciptaterjaga dengan berjanji kalau konselor masih bersedia melanjutkan wawancaralagi dilain waktu, jika klien masih menghendaki.
Hal-hal yang Mempengaruhi Keberhasilan Wawancara
Berhasil tidaknya wawancara ditentukan oleh kedua belah pihak pewawancaradan subyek wawancara yaitu tergantung kepada hal-hal sebagai berikut :
1. Hubungan baik antara pewawancara (interviewer) dan subyek wawancara
( interviewee).
2. Ketrampilan sosial pewawancara yang meliputi :
•sikap dalam berbuat dan berbicara
•sikap tidak ingin menang sendiri
•nada dan irama berbicara
•kemampuan untuk mempergunakan dan memanipulasikata-kata yang tepat dalam berbagai suasana dan situasi3. Pedoman wawancara yang harus disususun bersama-sama dan alat untuk mencatat hasil wawancara itu.

2.        Observasi dan instrumennya
Pengertian
Observasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan menggunakan pengamatan langsung terhadap suatu obyek dalam periode tertentu dan dicatat secara sistematis. Secara umum, pengertian observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan. (Sudijono,2009:76).
Observasi merupakan suatu pengamatan langsung terhadap siswa dengan memperhatikan tingkah lakunya.Teknik pengamatan atau observasi merupakan salah satu bentuk teknik non tes yang biasa dipergunakan untuk menilai sesuatu melalui pengamatan terhadap objeknya secara langsung, seksama dan sistematis.Pengamatan memungkinkan untuk melihat dan mengamati sendiri kemudian mencatat perilaku dan kejadian yang terjadi pada keadaan sebenarnya.Observasi merupakan pengamatan atau pencatatan tingkah laku anak bekerja atau berbuat. (Slameto, 1988:181) Jadi, observasi atau pengamatan yaitu teknik atau cara mengamati suatu keadaan atau suatu kegiatan (tingkah laku). Yang paling berperan disini adalah panca indra atau pengindraan terutama indra penglihatan.

Hal yang perlu kita observasi adalah:
1.      Tingkah lakuverbal.
2.      Non verbal.
3.      Kesenjangan antara tingkah lakuverbal dan non verbal.
Kepekaan dalam observasi merupakan hal yang paling mendasar dalam membina komunikasi efektif.
Komunikasinon verbal adalah pesan yang disampaikan dalam komunikasi dikemas dalam bentuk non verbal, tanpa kata-kata.Bentuk komunikasinon verbal adalah :
1.      Bahasa tubuh; meliputi lambaian tangan, ekspresi wajah, kontak mata, sentuhan, gerakan kepala, sikap/postur tubuh, dan lain-lain.
2.      Tanda; dalam konunikasi non verbal menggantikan kata-kata. Misal: bendera putih mengartikan ada lelayu.
3.      Tindakan atau perbuatan; tindakan tidak menggantikan kata-kata tetapi mengandung makna. Misal: menggebrak meja berarti marah.
4.      Objek; objek tidak menggantikan kata-kata tetapi juga mengandung makna. Misal: pakaian mencerminkan gaya hidup seseorang.
5.      Warna; menunjukkan warna emosional, cita rasa, keyakinan agama, politik, dan lain-lain. Misal: warna merah muda adalah warna feminim.
1.      Melengkapi komunikasiverbal.
2.      Menekankan komunikasiverbal.
3.      Membesar-besarkan komunikasinon verbal.
4.      Melawan komunikasiverbal.
5.      Meniadakan komunikasinon verbal.
Komunikasiverbal adalah komunikasi yang menggunakan kata-kata baik secara lisan maupun tulisan. Bahasa verbal merupakan sarana untuk menyampaikan perasaan, pikiran dan maksud tujuan. Menurut Larry L. Barker, bahasa mempunyai tiga fungsi yaitu penamaan, interaksi dan transmisi informasi (Mulyana, 2007).
Aspek dalam komunikasiverbal yaitu perbendaharaan kata-kata (vocabulary), kecepatan (racing), intonasi suara, humor, waktu yang tepat dan singkat.
Kesenjangan tingkah lakuverbal dan non verbal dapat dilihat dari:
1.      Kesesuaian antara tingkah verbal dan non verbal.
2.      Kesesuaian antara duah buah pertanyaan.
3.      Kesesuaian antara apa yang diucapkan dan apa yang dikerjakan.
Perbedaan dengan teknik non tes lainnya Observasi sebagai alat penilain non tes, mempunyai beberapa kebaikan, antara lain:
§Observasi dapat memperoleh data sebagai aspek tingkah laku anak.
§Dalam observasi memungkinkan pencatatan yang serempak dengan terjadinya suatu gejala atau kejadian yang penting
§Observasi dapat dilakukan untuk melengkapi dan mencek data yang diperoleh dari teknik lain, misalnya wawancara atau angket
§Observer tidak perlu mengunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan objek yang diamati, kalaupun menggunakan, maka hanya sebentar dan tidak langsung memegang peran.
Jenis-jenis
1.    Berdasarkan situasi yang diobservasi
Observasi partisipatif dan nonpartisipatif Observasi partisipatif adalah observasi dimana orang yang mengobservasi (observer) ikut ambil bagian dalam kegiatan yang dilakukan oleh objek yang diamatinya.Sedangkan observasi nonpartisipatif, observasi tidak mengambil bagian dalam kegiatan yang dilakukan oleh objeknya.Atau evaluator berada “diluar garis” seolah-olah sebagai penonton belaka. Contoh observasi partisipatif : Misalnya guru mengamati setiap anak. Kalau observasi nonpartisipatif, guru hanya sebagai pengamat, dan tidak ikut bermain. Dibagi menjadi tiga yaitu:
ofree situation : dilakukan dalamsituasi wajar
omanipulated situation : dilakukan dalam situasi yang dimanipulasi
opartially controlled : gabungan dari teknik free & manipulated
2.         Berdasarkan keterlibatan observer
Observasi sistematis adalah observasi yang sebelum dilakukan, observer sudah mengatur sruktur yang berisi kategori atau kriteria, masalah yang akan diamati. Sedangkan observasi nonsistematis yaitu apabila dalam pengamatan tidak terdapat stuktur ketegori yang akan diamati. Contoh observasi sistematis misalnya guru yang sedang mengamati anak-anak menanam bunga. Disini sebelum guru melaksanakan observasi sudah membuat kategori-kategori yang akan diamati, misalnya tentang: kerajinan, kesiapan, kedisiplinan, ketangkasan, kerjasama dan kebersihan. Kemudian ketegori-kategori itu dicocokkan dengan tingkah laku murid dalam menanam bunga.Kalau observasi nonsistematis maka guru tidak membuat kategori-kategori diatas, tetapi langsung mengamati anak yang sedang menanam bunga.Dibagi menjadi tiga, antara lain:
oobservasi partisipasi : observer ikut terlibat observasi
oobservasi non partisipasi : observer tidak terlibat observasi
oobservasi quasi partisipasi : kombinasi partisipasi & non partisipasi
3.Observasi Eksperimental
Observasi eksperimental adalah observasi yang dilakukan secara nonpartisipatif tetapi sistematis.Tujuannya untuk mengetahui atau melihat perubahan, gejala-gejala sebagai kibat dari situasi yang sengaja diadakan.Waktu Pelaksanaan ObservasiØ observasi dapat dilakukan pada berbagi tempat misalnya kelas pada waktu pelajaran, dihalaman sekolah pada waktu bermain, dilapangan pada waktu murid olah raga, upacara dan lain-lain.Dibagi menjadi dua yaitu terstruktur apabila aspek tingkah laku yang akan diobservasi telah dimuat dalam suatu daftar yang disusun secara sistematis. Oleh karena itu observasi ini disebut juga observasi sistematis.Bentuk catatannya ada dua jenis yaitu daftar cek (check list) dan skala bertingkat (rating scale). Sedangkan observasi tidak terstruktur adalah observer tidak menyiapkan daftar terlebih dahulu tentang aspek yang akan diobservasi. Hasil observer dicatat dalam anecdotal record atau catatan anekdot
Fungsi Observasi
Sebagai alat evaluasi, observasi digunakan untuk:
a. Menilai minat, sikap dan nilai yang terkandung dalam diri siswa.
b. Melihat proses kegiatan yang dilakukan oleh siswa maupun kelompok.
c. Suatu tes essay / obyektif tidak dapat menunjukan seberapa kemampuan   siswa dapat menjelaskan pendapatnya secara lisan, dalam bekerja kelompok dan juga kemampuan siswa dalam mengumpulkan data.
Tujuan Observasi
Tujuan observasi bagi seorang psikolog pada dasarnya adalah sebagai berikut :
ü  Untuk keperluan asesmen awal dilakukan di luar ruang konseling, misalnya: ruang tunggu, halaman, kelas, ruang bermain.
ü  Sebagai dasar/titik awal dari kemajuan klien. Dari beberapa kali pertemuan psikolog akan mengetahui kemajuan yang dicapai klien.
ü  Bagi anak-anak, untuk mengetahui perkembangan anak-anak pada tahap tertentu.
ü  Digunakan dalam memberi laporan pada orangtua, guru, dokter, dan lain-lain.
ü  Sebagai informasi status anak/remaja di sekolah untuk keperluan bimbingan dan konseling.


3. Metode Kueosioner (Questionare)
Pengertian
Kueosioner atau angket adalah suatu metode pengumpulan data dengan mengajukan suatu daftar pertanyaan tertulis kepada individu dan individu yang diberikan daftar pertanyaan tersebut diminta untuk menjawab secara tertulis.Angket (kuesioner) merupakan alat pengumpul data melalui komunikasi tidak langsuang, yaitu melalui tulisan. Angket ini berisi daftar pertanyaan yang bertujuan untuk mengumpulkan keterangan tentang berbagai hal yang berkaitan dengan responden.Angkat adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya
Perbedaan dengan teknik lain
Berbeda dengan wawancara di mana penilai (evaluator) berhadapan secara alangsung (face to face) dengan peserta didik atau dengan pihak lainnya, maka dengan menggunakan angket, pengumpulan data sebagai bahan penilaian hasil belajar jauh lebih praktis, menghemat waktu dan tenaga. Hanya saja, jawaban-jawaban yang diberikan acapkali tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya, apalagi jika pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam angket itu kurang tajam, sehingga memungkinkan bagi responden untuk memberikan jawaban yang diperkirakan akan melegakan atau memberikan kepuasan kepada pihak penilai
Jenis-jenis
1.Menurut subyek yang dikirimi kuesioner
Dibagi menjadi dua yaitu kuesionar langsung dan tidak langsung.Kuesioner secara langsung apabila peneliti meminta data dari responden. Sedangkan kuesioner secara tidak langsung apabila peneliti memperoleh data dari orang lain.

3.      Menurut bentuk pertanyaan yang digunakan
Dibagi menjadi dua yaitu kuesioner terbuka dan tertutup.Kuesioner terbuka apabila responden diberikan kesempatan untuk menuliskan jawaban seluas-luasnya.Sedangkan kuesioner tertutup apabila pertanyaan-pertanyaan yang diajukan sudah tersedia jawabannya.Responden tinggal memilih salah satu jawaban.
Fungsi angket
Kuesioner sebagai alat evaluasi sangat berguna untuk mengungkap latar belakang orang tua peserta didik maupun peserta didik itu sendiri, di mana data yang berhasil diperoleh melalui kuesioner itu pada suatu saat akan diperlukan, terutama apabila terjadi kasus-kasus tertentu yang menyangkut diri peserta didik. Pada umumnya tujuan penggunaan angket atau kuesioner dalam proses pembelajaran terutama adalah untuk memperoleh data mengenai latar belakang peserta didik sebagai salah satu bahan dalam menganalisis tingkah laku dan proses belajar mereka.
4.      Inventori
Pengertian
Tes inventori adalah tes-tes yang terutama menggunakan paper and pencil. Tes inventori merupakan self report Questionnare, untuk menentukan karakteristik-karakteristik kepribadian, minat (interested), sikap (attitude), dan nilai-nilai (value). Tes inventori sangat berguna untuk mengetahui karakteristik kepribadian seperti minat, penyesuaian diri, motivasi, dan prasangka. Namun perlu di ingat bahwa alat-alat tes yang digunakan umumnya tidak ada yang sempurna dan masing-masing tes hanya menjelaskan satu atau beberapa aspek kepribadian.




Macam-macam Tes Inventori
A. Tes Inventori kepribadian 
·         MMPI (minnesota Personality Inventory) 
·         CPI (california Psychological Inventory) 
·         PIC (Personality Inventory for Children) 
·         MCMI (Millon Clinical Multiaxial Inventory) 
·         16 PF (sixteen Personality Factor Questionnaire) 
·         EPPS (Edward Perssonal Preference Schedule) 
·         PRF (Personality Research Form) 
·         Jackson Personality Inventory
B. Tes Inventory Minat 
·         SCII (Strong-Campbell Interest Inventory) 
·         JVIS (Jackson Vocationalinterest Survey) 
·         KPR-V (Kuder Preference Record - Vocational) 
·         CAI (Career Assessment Inventory) 
·         RMIB (The rothwell-Miller Interest Blank)
C. Tes Inventori Nilai 
·         Study OF Value 
·         WVI (Work Value Inventory)
Beberapa masalah dalam tes inventori kepribadian adalah: 
·         Definisi kepribadian sedemikian banyak (defenisi konseptual), sehingga seleksi yang tepat dari macam-macam definisi kepribadian perlu mendasari pemakaian tes inventori. 
·         Tes inventori kepribadian tidak dapat bersifat culture free. Oleh karena itu aspek kultural harus di pertimbangkan, padahal nilai-nilai kulturselalu berubah. Sedangkan di sisi lain tes inventori diharapkan dapat memberikan profil kepribadian yang stabil. 
·         Bila tes inventori kepribadian terlalu sensitif terhadap perubahan, maka sulit memperoleh reliabilitas yang tinggi.
Secara umum tes inventori kepribadian memiliki beberapa kelemahan, seperti; 
1.      Aitemnya ambigu dan perintah tidak jelas. 
2.      Subjek ingin menunjukkan kesan-kesan tertentu kepada penguji. 
3.      Kesukaran semantik, penafsiran yang berbeda 
4.      Sikap subjek yang tak kooperatif/defensif 
5.      Faking atau tidak jujur. 
6.      Acquiscence; bila aitem yang dibuat lebih mengarah ke jawaban-jawaban tertentu.
5.       Sosiometri
Pengertian
Metode sosiometri dikembangkan oleh Moreno dan Jenning ( Purwoko, 2007) metode ini didasrkan atas asumsi bahwa kelompok memiliki pola-pola struktur hubungan yang komplek, hubungan-hubungan ini dapat diungkap dengan menerapkan pengukuran baik kuantitatif maupun kulalitatif.
Sosiometri adalah adalah suatu metode untuk mengumpulkan data tentang pola dan struktur hubungan antara individu dalam suatu kelompok, dengan cara menelaah relasi sosial, status sosial. Dengan demikian sosiometri dapat mengugkap dinamika sosial, popularitas individu dalam kelompok, serta untuk mengenali kesulitan hubungan sosial individu dalam kelompok.Situasi sosial kelompok dapat berupa kelompok belajar, bermain, pertemanan, kerja kelompok dll.
Proses pembuatan sosiometri dilakukan dengan jalan meminta kepada setiap individu dalam kelompok lainnya untuk memilih anggota kelompok lainnya (tiga orang) yang disenagi atau tidak dalam bekerjasama, yang masing-masing nama disusun menurut nomor urut yang paling disenagi atau paling tidak disenagi. Atas dasar saling pilihan atara anggota kelompok ini inilah dapat diketahui banyak tidaknya seorang individu dipilih oleh anggota kelompoknya, bentuk-bentuk hubungan dalam kelompok, kepopuleran dan keterasingan individu
Beberapa hal yang perlu diingat dala melancarkan sosiometri:
Ø  sebelum dilancarkan hendaknya petugas berusaha menciptakan hubungan baik dengan kelompok
Ø  petunjuk diberikan dengan jelas
Ø  penjelasan yang dimaksud pelancaran sosiometri
Ø  sosiometrihendaknya diselengarakan dengan kondisi dimana siswa tidak saling mengetahui jawabannya
Ø  menjaga kerahasian pilihan maupun hasil
Ø  individu harus saling mengenal

Kegunaan
Kegunaan sosiometri adalah:
Ø  memperbaiki hubungan sisoal individu dalam kelompok
Ø  menentukan keanggotaan kelompok kerja
Ø  meneliti kecenderungan potensi kepemimpinan individu dalam kelompok
Ø  mengatur tempatduduk dalam kelas
Ø  mengenali kekompakan dan perpecahan dalam anggota kelompok

Jenis-jenis
Ø  Nominatif
Ø  Skala bertingkat (Rating Scale)
Ø  Siapa Dia
Data hasil sosiometri digambarkan dalam Sosiogram (Teknik Lingkaran, Lajur, Bebas)
6 . Metode Otobiografis
Pengertian
Otobiografi adalah suatu metode pengumpulan data dengan menuliskan riwayat hidup sendiri, menyangkut riwayat pendidikan, riwayat prestasi, cita-cita dan harapannya masa yang akan datang, atau menggunakan tulisan yang ada tentang kehidupan seseorang.
Jenis-jenis
1.Otobiografi adalah suatu metode untuk mengumpulkan data tentang kepribadian seseorang dengan mempelajari riwayat kehidupan yang ditulis oleh orang yang bersangkutan.
2.Biografi adalah suatu metode untuk memahami kepribadian seseorang dengan mempelajari riwayat hidup orang tersebut yang ditulis oleh orang lain.
3.Metode Catatan Harian adalah suatu metode pengukuran kepribadian dengan jalan mempelajari catatan harian orang tersebut.Catatan harian adalah catatan peristiwa penting yang dialami oleh seseorang dan bersifat sangat pribadi.
4.Metode Studi Dokumenter adalah suatu metode pengumpulan data tentang keadaan seseorang dengan jalan mempelajari dokumen-dokumen yang telah ada mengenai orang tersebut. Contohnya ijazah, piagam, surat dokter dan sebagainya.
Otobiografi memiliki beberapa kelebihan antara lain:
Ø  memberikan informasi tentang siswa secara lengkap
Ø  bisa mengungkapkan perasaan dengan bebas dari kegiatan yang telah dilakukan
Ø  data ini dapat mendukung data yang diperoleh dari teknik lain
Ø  menghemat dalam pengadministraisian
sedangkan kelemahan dalam otobiografi ini:
Ø  siswa kurang terampil dalam komunikasi secara tertulis dengan baik
Ø  otobiografi lebih banyak mengungkap tentang fantasi
Ø  tidak semua kejadian dapat diingatnya dengan baik
Ø  data yang diperoleh dari otobiografi ini harus di padukan dengan baik dari teknik lain agar dapat ditafsirkan secara benar
Ø  sering terdapat kata-kata yang tidak diketahui atrinya secara benar
7 . Metode Studi Kasus (Case Study)
Metode Studi Kasus adalah pengumpulan data dengan menggabungkan berbagai pengumpulan adata sebagai dasar mengadakan interpretasi dan diagnosis tentang tingkah laku individu.Metode ini hanya ini digunakan untuk siswa yang mengalami masalah tertentu, terutama anak yang mengalami hambatan adalam aspek perkembangan.Dengan studi kasus ini, kita mencoba mencari tahu faktor penyebabnya dan berusaha untuk memberikan bimbingan sehingga dapat mengatasi dan membantu mencarikan jalan keluar.






BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
2.         Layanan Pendukung Bimbingan dan Konseling di sekolah meliputi :
a.         Orientasi
b.        Informasi
c.         Penempatan dan Penyaluran
d.        Penguasaan Konten
e.         Konseling Perorangan
f.         Bimbingan Kelompok
g.        Konsultasi
h.        Mediasi

3.         Organisasi pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah meliputi segenap unsur, seperti :
a.         Unsur kanwil/kandep
b.        Kepala sekolah (bersama wakil kepala sekolah)
c.         Koordinator bimbingan dan konseling (bersama para guru)
d.        Guru mata pelajaran/praktik
e.         Wali kelas
f.         Siswa
g.        Tata usaha
h.        Pengawas sekolah bidang bimbingan dan konseling
i.          PB3 (badan pembantu penyelenggaraan pendidikan
Personil pelaksana pelayanan BK adalah segenap unsur yang terkait di dalam organisasian pelayanan BK , serta masing-masing personel mempunyai tugas masing-masing, yaitu :
a.       Kepala sekolah
b.       Wakil Kepala Sekolah
c.       Koordinator Bimbingan Dan Konseling
d.      Guru Pembimbing
e.        Guru Mata Pelajaran Dan Guru Praktek
f.       Wali kelas
4.        Kegiatan pendukung bimbingan dan konseling adalah usaha untuk mengumpulkan data dan keterangan tentang diri peserta didik (klien) dan  keterangan tentang lingkungannya, baik itu di lingkungan keluarga, sekolah, ataupun dilingkungan sekitarnya.
5.        Untuk menunjang kelancaran pemberian layanan-layanan seperti yang telah dikemukakan di atas, perlu dilaksanakan berbagai kegiatan pendukung Dalam hal ini, terdapat lima jenis kegiatan pendukung bimbingan dan konseling, yaitu:
a.         Aplikasi Instrumentasi,
b.         Himpunan data,
c.         Konferensi kasus,
d.        Kunjungan rumah,
e.         Alih Tangan Kasus
6.      Jenis-jenis instrumen pada bimbingan dan konseling meliputi:
a.          Instrumen non-tes
b.         Instrumen tes

B.   Saran-Saran
Saran yang ingin penulis kemukakan dalam kegiatan pendukung bimbingan dan konseling ini adalah antara konselor dan klien harus sungguh-sungguh dalam pemecahan masalah-masalah yang dihadapai klien, demi kepentingan pribadi klien dan konselor tersebut.Setiap kegiatan yang dilakukan harus sesuai dengan perencanaan yang disetujui.

8 comments:

  1. jurusan bimbingan & konseling juga yah

    ReplyDelete
  2. terimakasi
    ini sangat membantu

    ReplyDelete
  3. Tentu lebih bagus lagi jika dilengkapi dengan sumber pustakanya

    ReplyDelete
  4. Tentu lebih bagus lagi jika dilengkapi dengan sumber pustakanya

    ReplyDelete
  5. Maaf mbak ada baiknya webnya ga perlu diberi dialog box diawal loading beserta musiknya yang autoplay :(((((((((((

    ReplyDelete
  6. Terima kasih, sangat membantu pd kita, smg kita dapat merealesasikan nya...

    ReplyDelete

Jangan lupa tinggalkan komentar. ^_^
Mau copy paste juga boleh, tapi tolong dicantumkan sumbernya yah
Thanks

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Story of Miracle's Friends